Outdoors

Perubahan Iklim Padi: Ancaman Serius Ketersediaan Pangan Nasional

0 0
Read Time:2 Minute, 57 Second

Indonesia, dengan potensi energi baru dan terbarukan (EBT) yang melimpah, memiliki peluang signifikan untuk mencapai kemandirian energi dan mengurangi emisi karbon. Namun, pemanfaatannya masih belum optimal dibandingkan dengan kapasitas yang tersedia. Artikel ini akan mengulas potensi EBT di Indonesia, tantangan yang dihadapi, serta langkah-langkah strategis untuk mengakselerasi pengembangannya.

Potensi EBT Indonesia yang Beragam

Sebagai negara kepulauan terbesar, Indonesia diberkahi dengan potensi EBT yang sangat besar, mencapai lebih dari 400 GW. Meski demikian, kapasitas terpasang EBT hingga tahun 2023 baru sekitar 12,7 GW, menunjukkan kesenjangan yang signifikan antara potensi dan realisasi. Pemerintah menargetkan bauran EBT sebesar 23% pada tahun 2025, sebuah target ambisius yang memerlukan upaya keras.

Sektor panas bumi menjadi salah satu pilar utama EBT di Indonesia, menduduki peringkat kedua dunia dalam cadangan panas bumi dengan potensi sekitar 28 GW. Namun, kapasitas terpasang saat ini baru mencapai 2,3 GW. Pengembangan panas bumi menghadapi tantangan biaya eksplorasi yang tinggi dan berisiko, dengan pengeboran sumur yang dapat menelan jutaan dolar. Oleh karena itu, dukungan kebijakan yang lebih kuat sangat dibutuhkan untuk menarik investasi.

Tenaga air juga memiliki kontribusi besar. Potensinya diperkirakan mencapai 75 GW, namun baru sekitar 6,5 GW yang termanfaatkan. Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) telah lama menjadi tulang punggung pasokan listrik di beberapa daerah. Proyek besar seperti PLTA Batang Toru berkapasitas 510 MW sedang dalam tahap pembangunan, dilengkapi pula dengan proyek-proyek mikro hidro yang krusial untuk memenuhi kebutuhan energi di daerah terpencil.

Energi surya dan angin menunjukkan potensi yang menjanjikan. Potensi surya di Indonesia mencapai 207 GWp, meskipun implementasinya masih terbatas pada PLTS terapung dan PLTS atap skala kecil. PLTS Terapung Cirata, misalnya, berkapasitas 145 MWp, merupakan yang terbesar di Asia Tenggara. Untuk energi angin, potensinya sekitar 60 GW, dengan PLTB Sidrap (75 MW) sebagai proyek pionir. Tantangan utama dalam pengembangan surya dan angin meliputi sifat intermiten serta kebutuhan lahan yang luas.

Tantangan Pengembangan dan Arah Kebijakan

Pemerintah telah meluncurkan berbagai kebijakan untuk mengakselerasi pengembangan EBT, termasuk Peraturan Presiden (Perpres) No. 112 Tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik. Kebijakan ini diharapkan dapat memberikan kepastian harga dan insentif fiskal bagi investor. Kendati demikian, implementasinya masih memerlukan waktu serta koordinasi yang erat antarpihak.

Tanpa kebijakan yang konsisten dan menarik, investasi EBT akan tetap stagnan di Indonesia. Kita harus berpikir jangka panjang.

Investasi di sektor EBT membutuhkan modal yang sangat besar. Pada tahun 2022, investasi EBT hanya mencapai US$ 1,5 miliar, jauh dari target US$ 3,7 miliar. Optimalisasi sumber pendanaan, baik dari pemerintah, BUMN, maupun swasta, menjadi krusial. Skema pembiayaan inovatif seperti obligasi hijau atau blended finance dapat menjadi solusi efektif untuk menarik lebih banyak investasi, termasuk dari investor asing.

Meskipun tantangan yang dihadapi signifikan, pengembangan EBT merupakan sebuah keharusan. Ini bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan energi dan mencapai target bauran EBT, tetapi juga tentang mengurangi emisi karbon, menciptakan lapangan kerja hijau, serta meningkatkan kemandirian energi nasional. Dengan komitmen dan strategi yang tepat, Indonesia berpotensi menjadi pemimpin di sektor EBT global.

  • Indonesia memiliki potensi EBT lebih dari 400 GW, dengan kapasitas terpasang baru mencapai 12,7 GW hingga 2023.
  • Sektor panas bumi, tenaga air, surya, dan angin adalah sumber daya EBT utama dengan potensi besar.
  • Tantangan pengembangan meliputi biaya eksplorasi tinggi (panas bumi), intermitensi dan kebutuhan lahan (surya dan angin).
  • Pemerintah telah mengeluarkan Perpres No. 112 Tahun 2022 untuk mengakselerasi pengembangan EBT dengan insentif dan kepastian harga.
  • Investasi EBT pada 2022 mencapai US$ 1,5 miliar, jauh di bawah target US$ 3,7 miliar, menyoroti kebutuhan skema pembiayaan inovatif.
  • Pengembangan EBT sangat penting untuk ketahanan energi, pengurangan emisi karbon, dan penciptaan lapangan kerja hijau.
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %